Semesta Pena

the ghost that whispers

Category: hitam is black

Letih.

Ada sejuta kata yang tak terucap.
Sejuta keinginan yang kusangka mudah.
Prasangka-prasangka berkelahi dengan asa yang hampir putus.
Abstraksi imaji yang tersumbat dalam relung.
Suatu saat akan musnah, tuntas, lalu pupus.

Sebentar lagi.
Mungkin tak lama lagi.
Entahlah, satuan waktu sudah hilang dari lemari pengetahuanku.
Satu demi satu menari berlari menjauh menjadi tempat sepi yang kuharap mimpi.

Lalu apa yang diinginkan?
Atau apa yang diimpikan?
Ketika semua tak lagi memiliki arti, maka mungkin sudah saatnya menulis titik lalu memulai kalimat baru.
Kalimat penuh definisi.

Baiklah.
Mungkin hanya butuh kaca.
Introspeksi lalu tertawa melihat refleksi yang kusangka tak lagi mewujud diri.
Mungkin hanya butuh kopi lalu menyendiri.

Bandung, 28 Juni 2013.

image

Angin malam tak menggigil.
Terik siang tak menggigit.
Jarum jam tak berputar.
Detak jantungku tak menggebu sebesar biasanya ia berderu.
Gelap… Tanpa rasa… Hampa… Otakku mati rasa.

Tersisa satu kejut yang masih mendongkrak pikir dan rasa untuk terus merasa.
Satu cahaya yang masih bernyawa menjembatani khayal dan realita.
Kejutkan aku, terangi aku, cinta.

Bandung, May 11th 2013.

Unexplainable Attraction

Unexplainable attraction, kata sahabatku. Is it love? Dua kata itu kembali membuatku berpikir panjang. Untuk menjelaskan this-kind-of-attraction, sempat bertanya dalam hati apakah itu hanya sebentuk obsesi atau nafsu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), obsesi diartikan sebagai “gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan.” Tuh kan, KBBI saja mendefinisikan obsesi sebagai gangguan jiwa. Seperti bila dirujuk dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary, “the state in which a person’s mind is completely filled with thoughts of one particular thing or person in a way that is not normal.” Lagi-lagi obsesi diartikan sebagai suatu keadaan yang membuat seseorang berada pada tahap tidak normal. Eits, tapi masih ada definisi yang kedua, masih dari Oxford. Disini disebutkan bahwa sifat obsesi juga berarti a person or thing that somebody thinks about too much. Too much, katanya. Oke, coba kita urutin. Gangguan jiwa, tidak normal, terlalu dipikirin. Ahahaha.

Obsesi: Sutaradara. Kalau mengingat tag line dari iklan ini, aku makin geleng-geleng kepala karena si pemeran dalam iklan tersebut memang terlihat seperti mengidap gangguan jiwa! Kan gak normal tiba-tiba nyamperin pasangan yang lagi berantem terus nongol-nongol teriak “Cut! Ekpresinya mana?!” Kebanyakan mikir mau jadi sutradara kayaknya tuh orang. Jadi, sejauh ini kita sudah sepakat pada satu titik mengenai apa itu obsesi? Ya sudah terserah kalian lah, ahahaha. Intinya mah begitulah si obsesi teh.

Menyambung tentang unexplainable attraction diatas, selain apakah ini hanya sebentuk obsesi, mungkin juga ini hanya nafsu. Keinginan atau dorongan hati yang kuat. Mungkin dorongan konstan yang kuat untuk selalu mengintervensi pikiran dengan hal yang menjadi pemicu timbulnya nafsu itu sendiri. Tapi, apalah bedanya obsesi dan nafsu. Sama-sama kata sifat yang mendefinisikan tekad yang besar (baca: berlebihan) terhadap satu atau beberapa hal (dalam tulisan ini, “hal” lebih tertuju pada objek orang).

Unexplainable attraction, ketertarikan ­­­­­­yang tidak dapat dijelaskan. Ketertarikan dari seseorang kepada orang, benda, atau hal yang lain. Sepertinya ketertarikan itu tak benar-benar tidak dapat dijelaskan. Mungkin memang tidak butuh penjelasan, butuh di-rasa. Kalau kita runut kembali dengan lebih teliti terhadap apa yang menjadi sumber ketertarikan itu, kurasa kita bisa melihat bahwa tak ada yang aneh bila kita tertarik pada seseorang tanpa tahu alasan dibalik ketertarikan itu sendiri. Karena “tahu” berasal dari hati dan “tahu” itu ga bisa dijelaskan dengan pikiran (baca: logika) tapi di-rasa oleh hati. Maka ketika hati sudah mengerahkan “pasukan rasa” kepada seseorang tersebut, siap-siap kena unexplainable-attraction-syndrome. Ahahaha. Oke, mengerucut kearah “curcol” nih kayaknya. Kalo Om Dimas Nur baca tulisan ini pasti dia langsung bilang, “Sudahlah, Rif. Kalau suka ya suka saja, ga usah pake unexplainable attraction segala deh.”

Sahabatku yang menuliskan kalimat unexplainable attraction ketika kami sedang ber-sms. Begitulah (mungkin) dia mendefinisikan rasa tertarik yang aku rasakan terhadapnya. Sudah berulang kali aku menggoda dia dengan mengatakan bahwa aku nge-fans  berat sama dia. Obsesi, mungkin. Lucunya, dia malah nge-fans berat ke sosok lain. Obsesi (juga), mungkin. Unexplainable attraction (juga). Kami sering berbagi cerita mengenai rasa ini. Dan kami sama-sama tahu bahwa justru rasa yang terlihat seperti obsesi inilah yang terus menghangati hati. Sepertinya menakutkan bila hati mendingin, beku, lalu akhirnya lupa bagaimana rasanya hangat.

Aku suka makin bingung kalau sudah ngomongin tentang rasa, tentang hati. Semakin bingung karena beberapa bulan ini makin yakin bahwa ga ada gunanya bila jatuh hati lalu patah hati tapi bisa jatuh hati lagi. Lucu. Terus begitu berulangkali. Ga capek? Harus mengulang semuanya dari awal lagi. Mungkin ini arti sesungguhnya dari unexplainable attraction, ketertarikan yang tidak dapat dijelaskan. Karena memang sulit untuk dijelaskan, dipikirkan. Capek. Percaya deh, sudah banyak yang nanya gini ke aku, “kenapa sih lu ga mau pacaran lagi?” Ahahaha. Percayalah aku mau, tapi bukan itu yang aku butuhkan sekarang. I just had enough! It’s beyond my comprehension. Kalau kata Pidi Baiq, seperti yang dikutip oleh sahabatku, “Dan akhiri sekarang juga, memikirkan siapa pun yang merepotkan perasaanmu, mungkin itu akan membuat tenang, bahkan mungkin menyenangkan. Aku setuju.”

So, here I am. Trying to live without being attached to any strings. But, in order to keep my heart being so cold, let me keep this unexplainable attraction towards you. Permission to put you into that position. To be my personal-obsession.

the ghost that whispers

real ghost never come out. they just whispering behind you. you will never catch them in sight, maybe just a glimpse, so you know they never ever invisible. hey, maybe i’m one of them. but what if you are the ghost. a friend of mine once told me that someone we lose often live inside our heart just like a ghost. rarely seen but when they come out it’s thrilling.

we had a good sunday a few weeks ago. strolling around the old spot of this big city. somehow it seems like we were living the old times once more. i took you home, you kiss my hand when we say goodbye. and then it happen. just days ago. strange feelings burst inside me. i just want to be gone for a while. but now i wanted to be gone forever. just staying away but i can’t really be sure what i’m getting my self away from. maybe it was just you after all. you. you that used to turn my world upside down. you the air i used to breathe with (now i’m getting my self poetic here). but now i just need to get away before i’m turning you into some kind of burden that suffocated my head, absorbing my existence from my complicated little world. i don’t want you to be the weights. i want you to be the lights. i want you to be the clouds. i want you to be the winds. i got this feeling that i can’t fight. it’s blur. it’s like the cold wind you can’t see but freezing to the bone.

but here’s one thing i can be sure of. there’s a bit you in my corner. haunting. whispering like a ghost. my ghost.

drink it

.

.

still,

it taste better than a broken heart.

.

.

hatinya membatu

Prambanan

.

.

“aku hilang, menyepi,

membatu, mematung diri”,

kata sang hati

.

.

mati rasa

Ada makna dalam tiap peristiwa.

Selalu ada maksud dibalik setiap tindak dan kata.

Perasaan lahir dalam tindakan dan kata-kata,

maka tak ada yang tulus dalam sebuah rasa.

Feelings always demanding something in return.

Rasa yang berdiri sendiri akan retak,

Mati.

Pasti mati.

mimpi buruk

hei, kamu. ya, kamu. aku rindu.

hantu

satu kisah di kursi kereta malam meninggalkan sudut kota pergi membuang satu cerita lama cerita yang mungkin masih menggelitik dalam hati yang mungkin hampir mati cerita itu jadi hantu malam ini

we human, a doll

Hello, my name is Human. Dressed by false beauty, pleased by ignorance, consumed by artificial illusion, satisfied over a fake hope, laughing along the agony. But, I am adorable. Aren’t we the same?

(can’t you see me crying?)