Unexplainable attraction, kata sahabatku. Is it love? Dua kata itu kembali membuatku berpikir panjang. Untuk menjelaskan this-kind-of-attraction, sempat bertanya dalam hati apakah itu hanya sebentuk obsesi atau nafsu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), obsesi diartikan sebagai “gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan.” Tuh kan, KBBI saja mendefinisikan obsesi sebagai gangguan jiwa. Seperti bila dirujuk dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary, “the state in which a person’s mind is completely filled with thoughts of one particular thing or person in a way that is not normal.” Lagi-lagi obsesi diartikan sebagai suatu keadaan yang membuat seseorang berada pada tahap tidak normal. Eits, tapi masih ada definisi yang kedua, masih dari Oxford. Disini disebutkan bahwa sifat obsesi juga berarti a person or thing that somebody thinks about too much. Too much, katanya. Oke, coba kita urutin. Gangguan jiwa, tidak normal, terlalu dipikirin. Ahahaha.
Obsesi: Sutaradara. Kalau mengingat tag line dari iklan ini, aku makin geleng-geleng kepala karena si pemeran dalam iklan tersebut memang terlihat seperti mengidap gangguan jiwa! Kan gak normal tiba-tiba nyamperin pasangan yang lagi berantem terus nongol-nongol teriak “Cut! Ekpresinya mana?!” Kebanyakan mikir mau jadi sutradara kayaknya tuh orang. Jadi, sejauh ini kita sudah sepakat pada satu titik mengenai apa itu obsesi? Ya sudah terserah kalian lah, ahahaha. Intinya mah begitulah si obsesi teh.
Menyambung tentang unexplainable attraction diatas, selain apakah ini hanya sebentuk obsesi, mungkin juga ini hanya nafsu. Keinginan atau dorongan hati yang kuat. Mungkin dorongan konstan yang kuat untuk selalu mengintervensi pikiran dengan hal yang menjadi pemicu timbulnya nafsu itu sendiri. Tapi, apalah bedanya obsesi dan nafsu. Sama-sama kata sifat yang mendefinisikan tekad yang besar (baca: berlebihan) terhadap satu atau beberapa hal (dalam tulisan ini, “hal” lebih tertuju pada objek orang).
Unexplainable attraction, ketertarikan ÂÂÂÂÂÂyang tidak dapat dijelaskan. Ketertarikan dari seseorang kepada orang, benda, atau hal yang lain. Sepertinya ketertarikan itu tak benar-benar tidak dapat dijelaskan. Mungkin memang tidak butuh penjelasan, butuh di-rasa. Kalau kita runut kembali dengan lebih teliti terhadap apa yang menjadi sumber ketertarikan itu, kurasa kita bisa melihat bahwa tak ada yang aneh bila kita tertarik pada seseorang tanpa tahu alasan dibalik ketertarikan itu sendiri. Karena “tahu” berasal dari hati dan “tahu” itu ga bisa dijelaskan dengan pikiran (baca: logika) tapi di-rasa oleh hati. Maka ketika hati sudah mengerahkan “pasukan rasa” kepada seseorang tersebut, siap-siap kena unexplainable-attraction-syndrome. Ahahaha. Oke, mengerucut kearah “curcol” nih kayaknya. Kalo Om Dimas Nur baca tulisan ini pasti dia langsung bilang, “Sudahlah, Rif. Kalau suka ya suka saja, ga usah pake unexplainable attraction segala deh.”
Sahabatku yang menuliskan kalimat unexplainable attraction ketika kami sedang ber-sms. Begitulah (mungkin) dia mendefinisikan rasa tertarik yang aku rasakan terhadapnya. Sudah berulang kali aku menggoda dia dengan mengatakan bahwa aku nge-fans  berat sama dia. Obsesi, mungkin. Lucunya, dia malah nge-fans berat ke sosok lain. Obsesi (juga), mungkin. Unexplainable attraction (juga). Kami sering berbagi cerita mengenai rasa ini. Dan kami sama-sama tahu bahwa justru rasa yang terlihat seperti obsesi inilah yang terus menghangati hati. Sepertinya menakutkan bila hati mendingin, beku, lalu akhirnya lupa bagaimana rasanya hangat.
Aku suka makin bingung kalau sudah ngomongin tentang rasa, tentang hati. Semakin bingung karena beberapa bulan ini makin yakin bahwa ga ada gunanya bila jatuh hati lalu patah hati tapi bisa jatuh hati lagi. Lucu. Terus begitu berulangkali. Ga capek? Harus mengulang semuanya dari awal lagi. Mungkin ini arti sesungguhnya dari unexplainable attraction, ketertarikan yang tidak dapat dijelaskan. Karena memang sulit untuk dijelaskan, dipikirkan. Capek. Percaya deh, sudah banyak yang nanya gini ke aku, “kenapa sih lu ga mau pacaran lagi?” Ahahaha. Percayalah aku mau, tapi bukan itu yang aku butuhkan sekarang. I just had enough! It’s beyond my comprehension. Kalau kata Pidi Baiq, seperti yang dikutip oleh sahabatku, “Dan akhiri sekarang juga, memikirkan siapa pun yang merepotkan perasaanmu, mungkin itu akan membuat tenang, bahkan mungkin menyenangkan. Aku setuju.”
So, here I am. Trying to live without being attached to any strings. But, in order to keep my heart being so cold, let me keep this unexplainable attraction towards you. Permission to put you into that position. To be my personal-obsession.
-6.178457
106.865757